Harga emas melanjutkan penurunannya untuk sesi ketiga berturut-turut pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta). Harga emas terjun bebas karena daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil terpukul oleh spekulasi bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga tetap tinggi, sementara para pedagang mengharapkan lebih banyak isyarat dari angka inflasi AS pada minggu ini.
Dikutip dari CNBC, Kamis (28/9/2023), harga emas dunia di pasar spot turun 1,3% menjadi USD 1,875.79 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 1,4% menjadi USD 1,893.5.
Prospek suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama membuat investor beralih ke dolar yang lebih aman, sehingga membuat harga emas lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.
Semakin melemahkan minat terhadap emas dengan imbal hasil nol, imbal hasil Treasury juga tetap mendekati level tertinggi dalam 16 tahun.
“Selama narasinya tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, hal ini akan terus menekan logam mulia (harga emas),” kata Ryan McKay, Ahli Strategi Komoditas di TD Securities.
Dia menambahkan penembusan harga emas di bawah angka USD 1.900 juga memicu aksi jual teknis. “Jika data (inflasi) terus menguat, itu akan menjadi hal lain yang terus membebani emas,” lanjut dia.
Indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, ukuran inflasi pilihan The Fed, akan dirilis pada hari Jumat.
Dukungan untuk Harga Emas
“(Namun) Jika angka inflasi turun, kita bisa melihat dukungan datang pada emas dan ekspektasi pengetatan kebijakan moneter bisa sedikit berkurang,” kata Analis ANZ Soni Kumari.
Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa soft landing bagi perekonomian AS kemungkinan besar akan terjadi, namun ada juga kemungkinan 40% bahwa The Fed perlu menaikkan suku bunga secara signifikan untuk mengalahkan inflasi.
Di sisi lain, harga emas terus mendapat dukungan dari permintaan fisik yang kuat, terutama dari bank sentral dan Tiongkok, meskipun “dinamika jangka pendek tentu saja dipengaruhi oleh The Fed,” kata McKay dari TD.
Selain harga emas, perak juga turun 1,5% menjadi USD 22,52 per ounce, setelah menyentuh level terendah 12 hari. Sementara harga platinum turun sekitar 1,9% menjadi USD 886,44. Sedangkan harga Palladium datar di USD 1,223.57, berada di jalur untuk menghentikan penurunan empat sesi berturut-turut.
Kemarin, harga emas pada hari Selasa turun untuk sesi kedua berturut-turut karena imbal hasil Treasury dan dolar AS naik di tengah prospek Federal Reserve mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama. Ini yang mempengaruhi harga emas dunia kemarin.
Dikutip dari CNBC, Rabu (27/9/2023), harga emas di pasar spot tergelincir 0,8% menjadi USD 1,900.17 per ounce. Sementara emas berjangka AS turun 0,9% menjadi USD 1,919.00.Inflasi yang tetap berada di atas target The Fed sebesar 2% tetap merupakan risiko yang lebih besar dibandingkan kebijakan ketat bank sentral yang memperlambat perekonomian, kata Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee pada hari Senin.
“Pasar saat ini belum memposisikan emas sebagai aset safe-haven. Jika ada ketakutan bahwa The Fed akan melakukan pengetatan yang berlebihan dan mengantisipasi penurunan ekonomi yang signifikan, maka ini adalah kabar baik bagi emas,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Dolar AS Menguat
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang emas batangan, yang dihargai dalam dolar AS dan tidak menghasilkan bunga.
Dolar naik mendekati level tertinggi 10-bulan sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun mencapai puncak baru dalam 16-tahun.
Investor menunggu indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, yang akan dirilis pada hari Jumat untuk mengukur jalur suku bunga The Fed.
“Jika kita mendapatkan laporan yang panas, maka akan ada tekanan penurunan lebih lanjut pada emas,” tambah Moya.
Mencerminkan minat investor terhadap emas batangan, SPDR Gold Trust, dana yang diperdagangkan di bursa (exchange-traded fund) yang didukung emas terbesar di dunia, mengatakan kepemilikannya turun pada hari Senin ke level terendah sejak Januari 2020.
“Para penjual (emas) akan mengincar likuiditas yang berada di bawah posisi terendah baru-baru ini di USD 1.900 dan selanjutnya di USD 1.885. Itu adalah target penurunan jangka pendek kami,” Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index, mengatakan dalam sebuah catatan.